Langsung ke konten utama

Jika Aku Boleh Meminta


Aku mengingatmu dalam hujan yang  tak pernah mengering. Tidak pernah ada tanah yang merasa cukup ketika ia datang, meminta lagi dan lagi. Maka dari itu, aku menirunya. Aku juga ingin hidup dari hujan. Hanya saja kepentingan-kepentingan itu memang berbeda. Tak memandang waktu dan keadaan, asalkan tercukupi.
Lalu, di mana kini aku akan menemukanmu? Selain di dalam rintik yang membekas, di seluruh kota tempatku berjalan, engkau membekas dalam jangkauan tanganku. Melambai di bawah langit kota yang seketika menggelap setiap sore. Lalu aku pulang tanpa membawamu atau sekadar membawa aromamu, namun yang kucuri hanyalah ingatan tentang siluetmu. Begitu abu-abu namun tidak memudar.
Pada setiap detik yang aku temui, kamu berlarian. Di luar kuasaku kamu datang, tidak memandang keadaanku hari ini. Entah sedang baik atau buruk namun kamu tetap datang.
Kamu semakin berani ketika aku begitu payah, semakin sering muncul, semakin keras suaramu. Aku berkhayal kamu mengajakku berbicara. Dan seketika semua itu hilang, kala kesibukan datang. Aku harus bergegas dan terpaksa kamu hilang.
Namun aku akan mengembalikanmu, aku akan mendatangkanmu. Lalu setelah itu aku akan menceritakan betapa banyak hal yang telah kulalui tanpa kamu dengar. Maka dengarkan aku dengan seksama, ada banyak orang yang aku jumpa dan mereka mendengarkan ceritaku begitupun sebaliknya. Mereka begitu cemerlang karena cerita kehidupan masing-masing. Aku berharap juga dapat begitu, sepertimu yang begitu cemerlang dan hangat meskipun hujan dan langit menggelap.
Jadi izinkan waktu-waktu yang aku miliki saat ini untuk kuceritakan kepadamu. Tinggalkanlah sosokmu di sini meskipun hanya sekadar bayang dari masa lampau. Dan aku akan berterima kasih untuk itu. Karena kamu selalu baik dan semoga masih menjadi baik. Banyak kesalahan tentang kemarin dan aku meminta maaf untuk itu. Bukankah tidak apa-apa? Aku memintamu untuk ini.

🍀

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Seseorang di Masa Mendatang

Kita berjalan jauh untuk mencapai dekat. Ketika waktu tidak bertentangan, aku bersyukur kita bukan jalan yang berseberangan. Kita jalan yang beriringan kendati aku dan kamu tidak terlahir dalam keadaan yang sama. Entah kapan suatu masa itu datang, kita pasti berdampingan dengan perbedaan. Maka mari berdamai dalam penerimaan. Sesuatu yang kalau-kalau jatuh akan kita tangkap bersama. Sesuatu yang kalau-kalau hilang akan kita temukan bersama. Hidup tak pernah sedatar stadion ibu kota. Hidup tak pernah selalu hijau bak rumput yang terpangkas rapi di atasnya. Namun kita akan menanam dan menuai tanaman yang sama. Sebuah tanaman yang mengingatkan kita tentang pemaknaan kesabaran. Seharusnya aku dan kamu tak pernah jauh karena takdir itu sendiri yang membuat kita dekat. Bak setiap kegagalan dan percobaan, bak setiap kegagalan dan tercapainya keberhasilan setelah ratusan percobaan. Selayaknya kita mencoba berdamai atas keadaan diri masing-masing. Penerimaan itu bukan sesuatu yang tak

Bentar Nanti Aja, Ini Untuk Disimpan (Draft 28 September 2021)

 Ketinggian. Beberapa orang atau bahkan banyak orang takut dengan ketinggian. Aku sering mendengar mereka menyebutnya "phobia". Ketika aku menulis ini, aku berada di tempat yang lebih tinggi daripada kamar kosku yang hanya di lantai dua. Ini lantai lima dengan pemandangan yang luar biasa. Sebuah gedung yang terhitung baru di tempatku memutuskan melanjutkan pendidikan (tinggi?). Tentang kata "tinggi", aku teringat lirik salah satu lagu favoritku. Tetapi hatiku selalu meninggikanmu, terlalu meninggikanmu, selalu meninggikanmu. Hal-hal seperti ini terkadang membuat manusia lupa melihat ke bawah. Namun di sisi lain jika tak melihat ke bawah maka orang-orang yang memeluk fobia tidak perlu merasa takut lagi. Mereka hanya perlu meresapi betapa luar biasanya pemandangan dari ketinggian, hal-hal yang tidak dapat dilihat dari tempat yang tidak tinggi. Tidak hanya tempat tinggi yang memiliki keindahan, setiap tempat memiliki keindahannya masing-masing. Hanya perlu hati yang la

Perjalanan Menemukan yang Tak Ditemukan

A ku benar-benar seperti ingin pergi ke negeri jauh. Merasakan dingin butiran salju. Memanjakan perasaanku sendiri. Aku terlampau senang untuk bertualang dalam kepalaku. Namun, belum ada kesempatan pasti untuk menentukan sebuah perjalanan. Apakah aku berani bepergian sendiri? Haruskah ada orang lain yang kuajak? Sebuah buku yang akan terus aku tulis setiap waktu, takdir. Sesuatu di antara yang telah kuubah dan tak dapat aku ubah. Aku ingin terus merawat dunia kecilku. Jangan terburu-buru untuk menua karena aku tak ingin terlampau cepat sakit. Masih banyak waktu yang ingin kulewati dengan kemudaan dan kebebasan. Lalu mengapa pula menjadi dewasa terlihat dan terasa akan sangat memenjara? Melarang apa-apa. Membatasi diri menjaga dari pandangan orang-orang. Ruangan-ruangan sempit yang menyedihkan, jangan sampai aku tinggal di dalamnya pun begitu juga dirimu. Mari menguasai waktu masing-masing. Memandang hamparan manusia dengan kesibukannya d