Aku
mengingatmu dalam hujan yang tak pernah mengering.
Tidak pernah ada tanah yang merasa cukup ketika ia datang, meminta lagi dan
lagi. Maka dari itu, aku menirunya. Aku juga ingin hidup dari hujan. Hanya saja
kepentingan-kepentingan itu memang berbeda. Tak memandang waktu dan keadaan,
asalkan tercukupi.
Lalu,
di mana kini aku akan menemukanmu? Selain di dalam rintik yang membekas, di
seluruh kota tempatku berjalan, engkau membekas dalam jangkauan tanganku.
Melambai di bawah langit kota yang seketika menggelap setiap sore. Lalu aku
pulang tanpa membawamu atau sekadar membawa aromamu, namun yang kucuri hanyalah
ingatan tentang siluetmu. Begitu abu-abu namun tidak memudar.
Pada
setiap detik yang aku temui, kamu berlarian. Di luar kuasaku kamu datang, tidak
memandang keadaanku hari ini. Entah sedang baik atau buruk namun kamu tetap
datang.
Kamu
semakin berani ketika aku begitu payah, semakin sering muncul, semakin keras
suaramu. Aku berkhayal kamu mengajakku berbicara. Dan seketika semua itu
hilang, kala kesibukan datang. Aku harus bergegas dan terpaksa kamu hilang.
Namun
aku akan mengembalikanmu, aku akan mendatangkanmu. Lalu setelah itu aku akan
menceritakan betapa banyak hal yang telah kulalui tanpa kamu dengar. Maka
dengarkan aku dengan seksama, ada banyak orang yang aku jumpa dan mereka mendengarkan
ceritaku begitupun sebaliknya. Mereka begitu cemerlang karena cerita kehidupan
masing-masing. Aku berharap juga dapat begitu, sepertimu yang begitu cemerlang
dan hangat meskipun hujan dan langit menggelap.
Jadi
izinkan waktu-waktu yang aku miliki saat ini untuk kuceritakan kepadamu.
Tinggalkanlah sosokmu di sini meskipun hanya sekadar bayang dari masa lampau. Dan aku akan berterima kasih untuk itu. Karena kamu selalu baik dan semoga masih menjadi baik. Banyak kesalahan tentang kemarin dan aku meminta maaf untuk itu. Bukankah tidak apa-apa? Aku memintamu untuk ini.
🍀
Komentar
Posting Komentar