“I write for my little soul”
Pernahkah engkau merasakan? Tak dapat menjadi dirimu sendiri dan penuh
kepalsuan. Itu datang dalam waktu yang sangat-sangat dalam. Ketika engkau
banyak mendengarkan kata-kata orang namun tak mampu mendengarkan dirimu
sendiri.
UJUNGNYA.
Sampai engkau ingin berteriak dengan lantang pada akhirnya. Sampai
engkau ingin meremukkan kaca jendela rumahmu. Sampai engkau ingin membanting
pigura kesayanganmu. Sampai engkau ingin mematahkan harta berhargamu, hati yang
terlanjur remuk.
Saat engkau sadar tak satu pun ada yang memperhatikanmu, kecuali Tuhan.
Seolah tak ada yang dapat mengertikan betapa sulitnya keadaan jiwamu. Ketika tuntutan-tuntutan
terasa begitu menekan. Ketika angka dan perbandingan itu membuatmu muak dan
ingin pergi ke negeri jauh. Namun, kakimu bergetar hebat dan seakan tak kuat
berdiri.
Engkau jatuh sejatuh-jatuhnya pada lubang paling dalam. Mengutuk
kehidupan dan menangisi hari-hari kemarin. Meyaksikan kehancuran hari ini
sekaligus esok. Namun tak satupun orang peduli apalagi mengerti.
Engkau selalu memikirkan satu nama yang mungkin menolongmu dari semua
rasa bersalah itu. Namun ia tak kunjung datang dan engkau terlalu lelah untuk
meminta. Engkau tak sanggup melepaskan semuanya namun engkau begitu menginginkannya.
Engkau berharap tak menjalani hidup penuh kesia-siaan. Namun tak
menghendaki mati juga. Engkau terlalu penakut untuk hal itu.
Sayang,
Engkau hanya perlu pulang. Benar-benar pulang.
Menemukan memori di mana engkau pernah menjalani hari segelap ini. Jangan
biarkan hatimu menua dan mati. Engkau sungguh hanya perlu pulang.
Kemanakah
engkau harus pulang?
Tentu engkau lebih mengetahui tempat itu.
Komentar
Posting Komentar