Kita berjalan jauh untuk mencapai dekat. Ketika waktu
tidak bertentangan, aku bersyukur kita bukan jalan yang berseberangan. Kita
jalan yang beriringan kendati aku dan kamu tidak terlahir dalam keadaan yang
sama.
Entah kapan suatu masa itu datang, kita pasti
berdampingan dengan perbedaan. Maka mari berdamai dalam penerimaan. Sesuatu
yang kalau-kalau jatuh akan kita tangkap bersama. Sesuatu yang kalau-kalau
hilang akan kita temukan bersama.
Hidup tak pernah sedatar stadion ibu kota. Hidup tak
pernah selalu hijau bak rumput yang terpangkas rapi di atasnya. Namun kita akan
menanam dan menuai tanaman yang sama. Sebuah tanaman yang mengingatkan kita
tentang pemaknaan kesabaran.
Seharusnya aku dan kamu tak pernah jauh karena takdir
itu sendiri yang membuat kita dekat. Bak setiap kegagalan dan percobaan, bak
setiap kegagalan dan tercapainya keberhasilan setelah ratusan percobaan.
Selayaknya kita mencoba berdamai atas keadaan diri masing-masing.
Penerimaan itu bukan sesuatu yang tak wajar pun bukan
sesuatu yang memaksa. Perasaan hadir dan bertumbuh karena menemukan lingkungan
yang tepat. Tempat paling nyaman yang pernah kita temui.
Perpisahan adalah pilihan untuk masa-masa sebelumnya
yang bukan milik kita dan bukan tempat kita untuk bertumbuh. Hari-hari yang
terlewati bukanlah kesia-siaan, melainkan waktu berharga yang penuh pemaknaan
tentang kehidupan.
Orang-orang yang kita temui, suara-suara yang kita
dengar, dan suasana-suasana yang kita rasakan. Semuanya tidak pantas untuk dilupakan,
pun kita berhak menyimpannya tanpa keluh dan cela. Semua itu bukan celah untuk
mengagalkan romantisme yang bahkan baru menampakkan tunasnya. Justru itu adalah
mineral berharga sebagai sebuah pembelajaran.
Aku tahu tentang jarak. Namun aku tak tahu tempat mana
yang engkau singgahi saat ini. Baiknya aku berharap suatu masa yang akan datang
ceritaku tak akan usai sebelum aku menceritakannya padamu.
Kita yang belum pernah bersama membawa alur cerita
maka di hadapan pembaca tak diizinkan angkuh, sama sekali tidak boleh! Seolah kita paling mahir menata latar cerita.
Aku dan kamu baiknya belajar untuk menyuguhkan sebuah cerita dengan komposisi
emosi paling indah, komposisi yang mampu menghadirkan ending yang dikehendaki
Tuhan. Takdir yang tidak mencela masa lampau diri kita masing-masing.
Komentar
Posting Komentar