Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Pulang

“I write for my little soul” Pernahkah engkau merasakan? Tak dapat menjadi dirimu sendiri dan penuh kepalsuan. Itu datang dalam waktu yang sangat-sangat dalam. Ketika engkau banyak mendengarkan kata-kata orang namun tak mampu mendengarkan dirimu sendiri. UJUNGNYA. Sampai engkau ingin berteriak dengan lantang pada akhirnya. Sampai engkau ingin meremukkan kaca jendela rumahmu. Sampai engkau ingin membanting pigura kesayanganmu. Sampai engkau ingin mematahkan harta berhargamu, hati yang terlanjur remuk. Saat engkau sadar tak satu pun ada yang memperhatikanmu, kecuali Tuhan. Seolah tak ada yang dapat mengertikan betapa sulitnya keadaan jiwamu. Ketika tuntutan-tuntutan terasa begitu menekan. Ketika angka dan perbandingan itu membuatmu muak dan ingin pergi ke negeri jauh. Namun, kakimu bergetar hebat dan seakan tak kuat berdiri. Engkau jatuh sejatuh-jatuhnya pada lubang paling dalam. Mengutuk kehidupan dan menangisi hari-hari kemarin. Meyaksikan kehancuran hari ini seka

Perjalanan Menemukan yang Tak Ditemukan

A ku benar-benar seperti ingin pergi ke negeri jauh. Merasakan dingin butiran salju. Memanjakan perasaanku sendiri. Aku terlampau senang untuk bertualang dalam kepalaku. Namun, belum ada kesempatan pasti untuk menentukan sebuah perjalanan. Apakah aku berani bepergian sendiri? Haruskah ada orang lain yang kuajak? Sebuah buku yang akan terus aku tulis setiap waktu, takdir. Sesuatu di antara yang telah kuubah dan tak dapat aku ubah. Aku ingin terus merawat dunia kecilku. Jangan terburu-buru untuk menua karena aku tak ingin terlampau cepat sakit. Masih banyak waktu yang ingin kulewati dengan kemudaan dan kebebasan. Lalu mengapa pula menjadi dewasa terlihat dan terasa akan sangat memenjara? Melarang apa-apa. Membatasi diri menjaga dari pandangan orang-orang. Ruangan-ruangan sempit yang menyedihkan, jangan sampai aku tinggal di dalamnya pun begitu juga dirimu. Mari menguasai waktu masing-masing. Memandang hamparan manusia dengan kesibukannya d

Obsesi

Terkadang aku merasa menjadi orang bodoh, bahkan mungkin terlalu sering pikiran itu tiba-tiba mendera. Setelah bertahun-tahun sebagai manusia  seseorang tak lagi sama begitupun orang-orang lain. Bagiku terasa seperti itu. Dalam setiap perubahan yang datang, dunia kian berbeda. Rasanya aku tak sanggup mengejar, rasanya ada sebuah tembok tinggi besar yang menambah halangan. Aku terlalu payah untuk berlari. Aku terlalu lelah untuk mengejar. Aku terlalu bodoh untuk mencoba. Yang benar adalah aku egois dan keras kepala. Tidakkah kamu merasakan itu? Wahai orang-orang di sekitarku. Aku tak lagi sama. Entah mengapa begitu hampa dan kembali merapuh. Engkau mungkin juga pernah begitu. Datang padaku lalu ceritakan dukamu. Mari berbagi dalam jatuh, bergerak, menyentuh, dan jangan menghilang lagi. Aku tidak pernah merestui itu,  tentang perubahanmu. Ketidaksamaan dalam dirimu bukan lagi menjadi candu. Tak kurangpun begitu aku tetap merasa adiksi dan kamu masih mengobsesiku.