Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

Yang Datang Darimu

Hari ini aku sadar ketika melihat sebuah gambar hitam putih. Tentang sebuah hal sepele yang tiba-tiba saja terlintas. Ternyata aku tak lihai dalam mengidentifikasi gambar tanpa salah satu hal, yaitu warna. Tanpanya aku tak tahu tempat mana yang terekam dalam sebuah gambar. Tanpanya rupa-rupanya sebuah gambar menjadi asing bagiku. Namun di waktu yang lain, filter hitam putih menjadi suatu hal yang terfavoritkan. Tak selayaknya sebagai manusia aku berpijak hanya dalam sebuah hal sempit. Itu yang akan membuat duniaku menjadi tak lebih berwarna dari sekadar sebuah muara sungai yang bahkan sudah tercemar limbah hasil kecongkakan manusia. Itu akan membuat suatu keadaan monoton dan kosong. Tentu harusnya aku tak mau. Namun lagi-lagi monokrom selalu miliki daya pikat tersendiri. Ketika aku menulis tentangmu, sebenarnya itu tak sepenuhnya tentangmu. Hidup ini nyatanya tak melulu tentangmu dalam setiap waktunya. Ada banyak hal unik dan menarik. Ada banyak hal yang tak kuket

Suatu Waktu untuk Sebuah Orientasi Pilihan

Berapa banyak waktu yang telah terlewati? Berapa banyak keluh dan sesal karena itu? Beberapa dari kita mungkin merasa tak pernah dapat memilih. Sekalipun pilihan-pilihan itu ada namun apa yang akhirnya diputuskan terkadang bukan yang kita inginkan. Bagaiamana dengan hal itu? Apa itu sesuatu yang salah? Aku salah satu dari sekian persen jumlah manusia yang merasa bersalah akan waktu. Bagaimana cara menghargainya rasanya tak pernah menjadi sebuah ketepatan. Lalu kini aku malu, aku semakin tua namun tak banyak yang berubah begitu saja. Apa tetap menjadi seperti kemarin adalah benar-benar tak apa? Aku suka menjelajahi setiap ingatan yang tercatat. Kadang begitu manis, kadang begitu pahit. Ada sesuatu yang lebih dari rasa itu hingga tak ada bosan yang bersarang. Aku ingin titip sesuatu untuk masa depan, dialah sejarah. Masa yang gila. Masa yang bermakna. Lalu masa yang tak ternilai. Bagaimana caranya mengulang? Cerita itu menjadi suatu ujung yang tak kuketahui. Ter

The Savior is You

Seseorang berada dalam ruang paling gelap. Di dalamnya ada udara kosong dan kesunyian. Lalu tiap-tiap suara yang padam mengeluh. Begitupun molekul cahaya tiada yang bertahan saat itu. Ada banyak bimbang yang berkeliaran. Mondar-mandir dari ujung selatan ke utara. Tiada aroma yang orang itu temukan. Karena tak seorangpun singgah di dalamnya selain dirinya sendiri. Seseorang itu pernah bertemu denganmu. Menyapa di bawah langit pagi yang beranjak tengah hari. Menanyakan siapa namamu, rumahmu, dan siapa kamu. Hingga dia utuh mengenal sosokmu yang bukan sekadar bayangmu. Kalian pernah bertemu lagi di sebuah tempat paling asing dalam ukuran usia manusia. Ketika dirimu mengeluh dan sakit, dia datang. Bersama ribuan molekul air yang memecah di atas tanah. Itulah mula kehidupanmu yang baru. Sejak orang itu datang, keluhmu bertambah banyak ketika engkau bersuara. Engkau melepaskan segala yang telah lama terpenjara. Engkau yang awalnya diam menjadi sosok yang terbuka. Menyenangka

A Life : Manusia dengan Kehidupan

Apa yang tak pernah tumbuh? Yang kusemogakan adalah ketidaksukaan terhadap hidup. Bagaimana bisa manusia hidup dalam rasa tidak suka jika hal demikian terjadi? Pernah dengar bahwa " Hidup hanya menunda kekalahan " ? Di mana bisa kita temukan itu jika bukan pada kehidupan masing-masing? Aku yakin semua manusia pernah pedih dan kalah dalam waktu serta titik tertentu. Namun akupun menemukan banyak orang bangkit dan hidup kembali. Bagi beberapa orang hidup adalah untuk bangkit dari kekalahan, hidup kembali dari kematian, dan mencari jalan untuk sembuh. Sebagai manusia yang banyak mengeluh, banyak hari yang kuanggap adalah kekalahan. Dan seketika itu aku merasa mati sebagai manusia yang memiliki kehidupan. Biar banyak kata yang orang perdengarkan dan tuliskan namun rasanya tidak ada yang mampu begitu saja menjadi udara yang baru untuk membawaku merasakan hidup. Aku manusia rumit. Ingin memahami tentang sebagai apa kehidupanku ini. Di mana aku menemukan diriku, dala

Jika Aku Boleh Meminta

Aku mengingatmu dalam hujan yang   tak pernah mengering. Tidak pernah ada tanah yang merasa cukup ketika ia datang, meminta lagi dan lagi. Maka dari itu, aku menirunya. Aku juga ingin hidup dari hujan. Hanya saja kepentingan-kepentingan itu memang berbeda. Tak memandang waktu dan keadaan, asalkan tercukupi. Lalu, di mana kini aku akan menemukanmu? Selain di dalam rintik yang membekas, di seluruh kota tempatku berjalan, engkau membekas dalam jangkauan tanganku. Melambai di bawah langit kota yang seketika menggelap setiap sore. Lalu aku pulang tanpa membawamu atau sekadar membawa aromamu, namun yang kucuri hanyalah ingatan tentang siluetmu. Begitu abu-abu namun tidak memudar. Pada setiap detik yang aku temui, kamu berlarian. Di luar kuasaku kamu datang, tidak memandang keadaanku hari ini. Entah sedang baik atau buruk namun kamu tetap datang. Kamu semakin berani ketika aku begitu payah, semakin sering muncul, semakin keras suaramu. Aku berkhayal kamu mengajakku berbicara. Dan