Langsung ke konten utama

Yang Datang Darimu


Hari ini aku sadar ketika melihat sebuah gambar hitam putih. Tentang sebuah hal sepele yang tiba-tiba saja terlintas. Ternyata aku tak lihai dalam mengidentifikasi gambar tanpa salah satu hal, yaitu warna. Tanpanya aku tak tahu tempat mana yang terekam dalam sebuah gambar. Tanpanya rupa-rupanya sebuah gambar menjadi asing bagiku.

Namun di waktu yang lain, filter hitam putih menjadi suatu hal yang terfavoritkan.

Tak selayaknya sebagai manusia aku berpijak hanya dalam sebuah hal sempit. Itu yang akan membuat duniaku menjadi tak lebih berwarna dari sekadar sebuah muara sungai yang bahkan sudah tercemar limbah hasil kecongkakan manusia. Itu akan membuat suatu keadaan monoton dan kosong. Tentu harusnya aku tak mau.

Namun lagi-lagi monokrom selalu miliki daya pikat tersendiri.

Ketika aku menulis tentangmu, sebenarnya itu tak sepenuhnya tentangmu. Hidup ini nyatanya tak melulu tentangmu dalam setiap waktunya. Ada banyak hal unik dan menarik. Ada banyak hal yang tak kuketahui dan aku maui. Ada banyak hal baru yang membuatku suka.

Kamu adalah aliran egoisme yang paling kuat di antara kemauan-kemauan. Datang dan pergi dari celah yang tidak terduga. Bekerja di luar kendaliku. Berjalan dalam orbit yang tak tentu. Kamu menguasai waktuku yang begitu saja mudah kau rebut. Ribut dan lebih lantang mempengaruhi keadaanku daripada musim yang tak tentu.


Derai yang jatuh itu seakan bertumbuh menjadi kehidupan baru. Sama-sama seberuntung kamu yang boleh singgah di muka bumi. Sama seperti keberuntunganku yang berlalu dan berlalu.Itu tak kenal musim baik dan musim buruk. Itu terjaga layaknya harta yang Tuhan anugerahkan dalam kurun waktu yang tak bisa ditebak-tebak. Semirip itu dengan warnamu.


Halaman demi halaman yang belum sempat terbuka juga makin lama makin lusuh. Kotor dan cat warnanya memudar namun aromanya tetap menyengat dan hangat seperti buku ajaib. Yang membawamu bertualang ke tempat paling jauh dan paling kau ingini. Mematahkan ketidakmungkinan dan ketakutan semu. Memudarkan bayang dan menyalakan terang. Hidupkan kembali aku (dan mungkin kamu jika mau) dalam mimpi itu.


Sesuatu tidak memilliki kecukupan karena yang lain. Baik itu mimpi ataupun harapan. Silakan jika tak setuju karena ini hanya sebuah opini tak seperti sains dan saudara-saudaranya. Namun bukan berarti seringan maupun seberat kabar-kabar yang berlalu bagai pembawa kegelisahan. Bukan datang untuk mengabarkan namun hanya sekadar berbagi cerita tentang hari-hari yang payah.


Tak satupun yang hari ini menghangat layaknya hari kemarin. Banyak hal bersembunyi di balik sesuatu yang lain. Hingga yang tampaknya berwarna menjadi semu, gelap, dan suram. Aku tak tahu apakah ini benar-benar tak ada baiknya sedikitpun atau bagaimana. Namun aku jenuh dengan sesuatu yang monoton tanpa ada yang seperti bagian dari dirimu. Apakah terlalu aneh?


Warna adalah sesuatu yang banyak manusia suka. Entah ada berapa yang mampu kita tangkap namun setidaknya kita mampu menikmatinya. Jangan-jangan semua manusia pernah terbius juga! Ah, tak apalah. Mungkin itu adalah cara Tuhan mengatakan tentang bagaimana Dia berkuasa, atas pandanganku (dan juga –mu).

Sudah dan aku cukupkan untuk hari ini. Semoga kamu makin terang.

🍀

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Seseorang di Masa Mendatang

Kita berjalan jauh untuk mencapai dekat. Ketika waktu tidak bertentangan, aku bersyukur kita bukan jalan yang berseberangan. Kita jalan yang beriringan kendati aku dan kamu tidak terlahir dalam keadaan yang sama. Entah kapan suatu masa itu datang, kita pasti berdampingan dengan perbedaan. Maka mari berdamai dalam penerimaan. Sesuatu yang kalau-kalau jatuh akan kita tangkap bersama. Sesuatu yang kalau-kalau hilang akan kita temukan bersama. Hidup tak pernah sedatar stadion ibu kota. Hidup tak pernah selalu hijau bak rumput yang terpangkas rapi di atasnya. Namun kita akan menanam dan menuai tanaman yang sama. Sebuah tanaman yang mengingatkan kita tentang pemaknaan kesabaran. Seharusnya aku dan kamu tak pernah jauh karena takdir itu sendiri yang membuat kita dekat. Bak setiap kegagalan dan percobaan, bak setiap kegagalan dan tercapainya keberhasilan setelah ratusan percobaan. Selayaknya kita mencoba berdamai atas keadaan diri masing-masing. Penerimaan itu bukan sesuatu yang tak

Bentar Nanti Aja, Ini Untuk Disimpan (Draft 28 September 2021)

 Ketinggian. Beberapa orang atau bahkan banyak orang takut dengan ketinggian. Aku sering mendengar mereka menyebutnya "phobia". Ketika aku menulis ini, aku berada di tempat yang lebih tinggi daripada kamar kosku yang hanya di lantai dua. Ini lantai lima dengan pemandangan yang luar biasa. Sebuah gedung yang terhitung baru di tempatku memutuskan melanjutkan pendidikan (tinggi?). Tentang kata "tinggi", aku teringat lirik salah satu lagu favoritku. Tetapi hatiku selalu meninggikanmu, terlalu meninggikanmu, selalu meninggikanmu. Hal-hal seperti ini terkadang membuat manusia lupa melihat ke bawah. Namun di sisi lain jika tak melihat ke bawah maka orang-orang yang memeluk fobia tidak perlu merasa takut lagi. Mereka hanya perlu meresapi betapa luar biasanya pemandangan dari ketinggian, hal-hal yang tidak dapat dilihat dari tempat yang tidak tinggi. Tidak hanya tempat tinggi yang memiliki keindahan, setiap tempat memiliki keindahannya masing-masing. Hanya perlu hati yang la

Perjalanan Menemukan yang Tak Ditemukan

A ku benar-benar seperti ingin pergi ke negeri jauh. Merasakan dingin butiran salju. Memanjakan perasaanku sendiri. Aku terlampau senang untuk bertualang dalam kepalaku. Namun, belum ada kesempatan pasti untuk menentukan sebuah perjalanan. Apakah aku berani bepergian sendiri? Haruskah ada orang lain yang kuajak? Sebuah buku yang akan terus aku tulis setiap waktu, takdir. Sesuatu di antara yang telah kuubah dan tak dapat aku ubah. Aku ingin terus merawat dunia kecilku. Jangan terburu-buru untuk menua karena aku tak ingin terlampau cepat sakit. Masih banyak waktu yang ingin kulewati dengan kemudaan dan kebebasan. Lalu mengapa pula menjadi dewasa terlihat dan terasa akan sangat memenjara? Melarang apa-apa. Membatasi diri menjaga dari pandangan orang-orang. Ruangan-ruangan sempit yang menyedihkan, jangan sampai aku tinggal di dalamnya pun begitu juga dirimu. Mari menguasai waktu masing-masing. Memandang hamparan manusia dengan kesibukannya d