Langsung ke konten utama

TAMAN LANGIT


Pernah dengar tentang “Taman Langit”? Tempat yang penuh mimpi dan tidak terjamah keputusasaan. Dan aku tak mau berpaling ketika ada di sana. Apa benar tidak akan berubah di sana? Apa benar semua akan baik-baik saja?

Aku suka berkhayal, karena dengan itu aku bebas memilih duniaku sendiri. Tak terkecuali tempat langit yang aku berteduh di bawahnya. Walaupun hujan namun aku tak akan dingin, aku akan tetap perkasa di bawahnya.

Ada langkah yang lebih jauh dari pijakanku di tempat lain. Di situ aku sadar akan sebuah keajaiban lain dari langit yang ini, tidak ada yang bias. Aku menjadi nyata, menjadi sebenarnya, dan ini nikmat. Aku menikmati sekaligus menyukainya.

Aku ajak kamu berbaring di bawahnya. Biar malam dan gelap menyatu namun tidak dengan kesunyian karena yang ada adalah ketenangan. Mulut kita diam namun tidak ada yang dibungkam. Kita paham maksud masing-masing. Semua tergambar jelas dan tersampaikan dengan baik.

Tidak ada sebuah langit yang kejam, kecuali perasaanmu dibodohi dirimu sendiri. Memandang langit begitu angkuh dan tinggi. Padahal dia mencoba menggapaimu, mencoba memberi taman terbaik yang pernah ada. Agar kamu bermain di dalamnya namun tidak bermaksud menyesatkanmu dengan kesenangan

Sesuatu yang tidak kembali, sesuatu yang kamu benci, sesuatu yang patut menguap, akan ia telan tanpa menyisakan ampas. Dia begitu bersih namun tidak mencela awan, dia pun menerimamu untuk berteduh. Memberikan hujan untuk menghidupi tanahmu yang kering dan gersang, semata-mata demi kebaikan semesta. Karena dia begitu patuh, dia tak pernah angkuh, dan dialah “Taman Langit” paling hangat.

Dia yang menjadi kurir dari Pencipta-mu.

␕🍀

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Seseorang di Masa Mendatang

Kita berjalan jauh untuk mencapai dekat. Ketika waktu tidak bertentangan, aku bersyukur kita bukan jalan yang berseberangan. Kita jalan yang beriringan kendati aku dan kamu tidak terlahir dalam keadaan yang sama. Entah kapan suatu masa itu datang, kita pasti berdampingan dengan perbedaan. Maka mari berdamai dalam penerimaan. Sesuatu yang kalau-kalau jatuh akan kita tangkap bersama. Sesuatu yang kalau-kalau hilang akan kita temukan bersama. Hidup tak pernah sedatar stadion ibu kota. Hidup tak pernah selalu hijau bak rumput yang terpangkas rapi di atasnya. Namun kita akan menanam dan menuai tanaman yang sama. Sebuah tanaman yang mengingatkan kita tentang pemaknaan kesabaran. Seharusnya aku dan kamu tak pernah jauh karena takdir itu sendiri yang membuat kita dekat. Bak setiap kegagalan dan percobaan, bak setiap kegagalan dan tercapainya keberhasilan setelah ratusan percobaan. Selayaknya kita mencoba berdamai atas keadaan diri masing-masing. Penerimaan itu bukan sesuatu yang tak

Bentar Nanti Aja, Ini Untuk Disimpan (Draft 28 September 2021)

 Ketinggian. Beberapa orang atau bahkan banyak orang takut dengan ketinggian. Aku sering mendengar mereka menyebutnya "phobia". Ketika aku menulis ini, aku berada di tempat yang lebih tinggi daripada kamar kosku yang hanya di lantai dua. Ini lantai lima dengan pemandangan yang luar biasa. Sebuah gedung yang terhitung baru di tempatku memutuskan melanjutkan pendidikan (tinggi?). Tentang kata "tinggi", aku teringat lirik salah satu lagu favoritku. Tetapi hatiku selalu meninggikanmu, terlalu meninggikanmu, selalu meninggikanmu. Hal-hal seperti ini terkadang membuat manusia lupa melihat ke bawah. Namun di sisi lain jika tak melihat ke bawah maka orang-orang yang memeluk fobia tidak perlu merasa takut lagi. Mereka hanya perlu meresapi betapa luar biasanya pemandangan dari ketinggian, hal-hal yang tidak dapat dilihat dari tempat yang tidak tinggi. Tidak hanya tempat tinggi yang memiliki keindahan, setiap tempat memiliki keindahannya masing-masing. Hanya perlu hati yang la

Perjalanan Menemukan yang Tak Ditemukan

A ku benar-benar seperti ingin pergi ke negeri jauh. Merasakan dingin butiran salju. Memanjakan perasaanku sendiri. Aku terlampau senang untuk bertualang dalam kepalaku. Namun, belum ada kesempatan pasti untuk menentukan sebuah perjalanan. Apakah aku berani bepergian sendiri? Haruskah ada orang lain yang kuajak? Sebuah buku yang akan terus aku tulis setiap waktu, takdir. Sesuatu di antara yang telah kuubah dan tak dapat aku ubah. Aku ingin terus merawat dunia kecilku. Jangan terburu-buru untuk menua karena aku tak ingin terlampau cepat sakit. Masih banyak waktu yang ingin kulewati dengan kemudaan dan kebebasan. Lalu mengapa pula menjadi dewasa terlihat dan terasa akan sangat memenjara? Melarang apa-apa. Membatasi diri menjaga dari pandangan orang-orang. Ruangan-ruangan sempit yang menyedihkan, jangan sampai aku tinggal di dalamnya pun begitu juga dirimu. Mari menguasai waktu masing-masing. Memandang hamparan manusia dengan kesibukannya d