Langsung ke konten utama

Fiksimini/Cerpen : So Far Away

                   So Far Away
     Laki-laki dan perempuan itu berjalan beriringan menjelajahi panorama sore hari di pinggir pantai berpasir putih, sambil bersenandung didampingi alunan deburan ombak.Laki-laki itu memetik gitarnya dengan sangat menjiwai lagu yang disenandungkannya. Sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Avenged Sevenfold yaitu Dear God. Sedangkan si perempuan menikmatinya dengan sesekali ikut bernyanyi.
"Deff, nanti temenin aku yuk? "
"Kemana? "
"Ke kafe Bougenville kebetulan nanti ada job."
"Oh, ya udah nanti kujemput. "
                         ***

     Sambil menunggu Deffa, Valen memutar lagu kesukaanya, So Far Away. Setelah beberapa menit menunggu beberapa menit ,akhirnya Deffa datang menjemput dengan mobil Honda Jazz hitam miliknya.
     Mereka langsung berangkat menuju kafe Bougenville. Setelah sampai Valen lalu bersiap-siap untuk tampil malam ini, turut mengisi kesan romantis para pasangan yang mengunjungi kafe dengan menyanyi diiringi bandnya. Ya, inilah job yang dia bicarakan, menjadi seorang penyanyi kafe.
     Deffa dengan setia menunggu Valen di meja no 9,sambil menikmati alunan merdu suara perempuan yang sangat berarti dalam hidupnya. Setelah selesai menuntaskan tugasnya, Valen kemudian menghampiri Deffa.
"Kok kamu nggak pesan makanan? "
"Kan makannya nungguin kamu."
"Kamu ini ada-ada aja.Kalau gitu ya udah kamu pesan deh, aku traktir. "
"Oke, siap tuan putri! "
"Hahaha... "
                            ***
     Keduanya tertawa lepas.Valen memang sangat suka bernyanyi bersama Deffa karena mereka memiki band favorit yang sama yaitu Peterpan dan Avenged Sevenfold. Sambil menunggu pesanan mereka menyanyikan lagu Peterpan-Aku dan Bintang.
Dan rasakan semua bintang
Memanggil tawamu terbang keatas
Tinggalkan semua hanya kita dan bintang
                           ***

     Sore hari di tepian pantai berpasir putih itu mereka duduk berdua menghadap air laut. Menyaksikan sunset yang begitu menakjubkan. Menjelajahi setiap detik waktu yang diukir oleh kebersamaan mereka akhir-akhir ini. Tiba-tiba laki-laki itu memeluk Valen, membisikkan sesuatu di telinga perempuan bermata coklat itu.
"Valen, aku menyayangimu. "
     Sebuah kata yang meluncur bebas bersama khayalan tingkat tinggi dalam mimpi yang sempurna laki-laki itu. Valen hanya diam terpaku,Valen memejamkan matanya. Sesuatu yang lain justru sedang berperang meluluhlantakkan hatinya. Cairan hangat membasahi kedua mata indahnya.
                            ***

     Hari-hari yang cukup aneh, melihat mereka tak lagi bersama.Suatu hal memang menghalangi mereka untuk melanjutkan kembali cerita yang telah mereka buat. Tetapi Deffa bukan laki-laki pengecut yang begitu saja meninggalkan seorang perempuan yang sangat berarti baginya.
     Suatu sore yang bergerimis. Deffa menyambangi rumah Valen sambil menenteng gitar kesayangannya. Diketuknya pintu rumah berdesain klasik itu sambil mengucap salam. Perempuan dengan mata coklat itu muncul dari balik pintu.
"Main yuk? Seperti biasanya. "
"Gerimis gini? "
"Kan bisa di teras rumah kamu ini. "
     Perempuan itu diam, dia bimbang harus menjawab apa. Dia ingin menolak, tapi dia tak punya alasan cukup kuat. Akhirnya dia mengiyakan. Mereka pun memulai kembali kebiasaannya, berkolaborasi. Deffa memetik senar gitarnya dan Valen melantunkan lirik lagunya.
How do I live without the ones I love?
Time still turns the pages of the book it's burned
Place in time always on my mind
Tiba-tiba Deffa menghentikan petikan senar gitarnya.
"I have so much to say but you're so far away, Valencia."
Deg. Apa maksud semua ini, Valen mulai bingung dengan apa yang dikatakan Deffa.
"Aku nggak ngerti kamu ngomong apa. "
     "Kamu tahu? Aku itu sayang sama kamu, tapi kamu nggak pernah tahu.Jujur aku nggak berani ngomong langsung ke kamu, tetapi ketika aku udah persiapin segalanya. Kamu justru sibuk dengan Rifky,aku tahu sekarang kalian udah pacaran kan? Aku juga tahu dia nembak kamu di pantai yang sering kita kunjungi. "
     "Stop! Aku nggak pernah pacaran sama dia.Aku jalan sama dia cuma sekedar sebagai rasa terimakasih karena dia udah nolongin aku,aku hampir mati ketabrak mobil satu bulan yang lalu.Denger baik-baik,dia emang nembak aku tapi aku nggak nerima dia. Kamu itu salah paham! Memangnya kamu tahu? 5 tahun aku nunggu kamu dari SMA,aku nunggu apa kamu juga punya rasa yang sama."
     Cairan hangat mulai membasahi pipi Valen,selama ini dia tak pernah membentak Deffa ataupun sebaliknya.Kini semua terungkap bahwa mereka hanya salah paham.Valen tak pernah menerima Rifky,karena Rifky mungkin memang berjasa dalam hidupnya tetapi laki-laki yang dia cintai adalah Deffa.
"Valen,maafin aku.Aku yang salah.Aku hanya ingin kamu tahu,aku menyayangimu"
     Deffa memeluk Valen hingga keduanya terdiam meresapi setiap tetes air mata yang terjatuh.Mereka dekat,tetapi tak mampu untuk saling mengungkapkan rasa,hanya lirik lagu yang dapat menjadi bahasa hati mereka.
"I'm so in love with you, Deffa."
                        SELESAI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Seseorang di Masa Mendatang

Kita berjalan jauh untuk mencapai dekat. Ketika waktu tidak bertentangan, aku bersyukur kita bukan jalan yang berseberangan. Kita jalan yang beriringan kendati aku dan kamu tidak terlahir dalam keadaan yang sama. Entah kapan suatu masa itu datang, kita pasti berdampingan dengan perbedaan. Maka mari berdamai dalam penerimaan. Sesuatu yang kalau-kalau jatuh akan kita tangkap bersama. Sesuatu yang kalau-kalau hilang akan kita temukan bersama. Hidup tak pernah sedatar stadion ibu kota. Hidup tak pernah selalu hijau bak rumput yang terpangkas rapi di atasnya. Namun kita akan menanam dan menuai tanaman yang sama. Sebuah tanaman yang mengingatkan kita tentang pemaknaan kesabaran. Seharusnya aku dan kamu tak pernah jauh karena takdir itu sendiri yang membuat kita dekat. Bak setiap kegagalan dan percobaan, bak setiap kegagalan dan tercapainya keberhasilan setelah ratusan percobaan. Selayaknya kita mencoba berdamai atas keadaan diri masing-masing. Penerimaan itu bukan sesuatu yang tak

Bentar Nanti Aja, Ini Untuk Disimpan (Draft 28 September 2021)

 Ketinggian. Beberapa orang atau bahkan banyak orang takut dengan ketinggian. Aku sering mendengar mereka menyebutnya "phobia". Ketika aku menulis ini, aku berada di tempat yang lebih tinggi daripada kamar kosku yang hanya di lantai dua. Ini lantai lima dengan pemandangan yang luar biasa. Sebuah gedung yang terhitung baru di tempatku memutuskan melanjutkan pendidikan (tinggi?). Tentang kata "tinggi", aku teringat lirik salah satu lagu favoritku. Tetapi hatiku selalu meninggikanmu, terlalu meninggikanmu, selalu meninggikanmu. Hal-hal seperti ini terkadang membuat manusia lupa melihat ke bawah. Namun di sisi lain jika tak melihat ke bawah maka orang-orang yang memeluk fobia tidak perlu merasa takut lagi. Mereka hanya perlu meresapi betapa luar biasanya pemandangan dari ketinggian, hal-hal yang tidak dapat dilihat dari tempat yang tidak tinggi. Tidak hanya tempat tinggi yang memiliki keindahan, setiap tempat memiliki keindahannya masing-masing. Hanya perlu hati yang la

Perjalanan Menemukan yang Tak Ditemukan

A ku benar-benar seperti ingin pergi ke negeri jauh. Merasakan dingin butiran salju. Memanjakan perasaanku sendiri. Aku terlampau senang untuk bertualang dalam kepalaku. Namun, belum ada kesempatan pasti untuk menentukan sebuah perjalanan. Apakah aku berani bepergian sendiri? Haruskah ada orang lain yang kuajak? Sebuah buku yang akan terus aku tulis setiap waktu, takdir. Sesuatu di antara yang telah kuubah dan tak dapat aku ubah. Aku ingin terus merawat dunia kecilku. Jangan terburu-buru untuk menua karena aku tak ingin terlampau cepat sakit. Masih banyak waktu yang ingin kulewati dengan kemudaan dan kebebasan. Lalu mengapa pula menjadi dewasa terlihat dan terasa akan sangat memenjara? Melarang apa-apa. Membatasi diri menjaga dari pandangan orang-orang. Ruangan-ruangan sempit yang menyedihkan, jangan sampai aku tinggal di dalamnya pun begitu juga dirimu. Mari menguasai waktu masing-masing. Memandang hamparan manusia dengan kesibukannya d